Rabu, 10 Desember 2014

Konsep dan Karakteristik IPS



BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang

Kata ilmu pengetahuan sosial (IPS) sering terucapkan dalam kehidupan para siswa sekolah dasar (SD). Banyak anggapan atau asumsi dari siswa sekolah dasar bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang uang, pasar, lingkungan dan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu ekonomi. Padahal ilmu pengetahuan sosial tidak sama dengan disiplin ilmu lainya (ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, dan antropologi). Hal apa saja yang membedakan, akan dibahasa pada pembahasan selanjutnya. Kehidupan sekolah dasar juga belum tahu bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) terdiri dari beberapa disiplin ilmu. Dari permasalahan tersebut seorang guru dituntut untuk mengetahui konsep dasar dari ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sehingga nantinya tidak ada pengertian ambigu antara ilmu pengetahuan sosial (IPS) dengan disilin-disilin ilmu pengetahuan sosial. Hal tersebut juga menuntut seorang guru untuk lebih meningktakan wawasannya mengenai IPS.
Selain itu, seorang guru sekolah dasar (SD) juga perlu mengetahui karakter dari ilmu pengetahuan sosial (IPS). Pengertian karakter adalah hal-hal yang melekat pada suatu obyek.  Contohnya karakter pada manusia yaitu keras, tegas, dan tidak kenal basa-basi. Sebagai ilustrasi, jika memiliki seorang atasan dengan karakter yang telah disebutkan sebelumnya, maka seorang bawahan akan berhati-hati ketika berhadapan dengan atasan tersebut. Begitu juga karakter ilmu pengetahuan sosial (IPS), dengan mengetahui karakter tersebut, maka guru dapat dengan mudah mengajarkan materi yang terdapat dalam pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) kepada peserta didik.

1.2  Rumusan masalah

1.      Mengapa konsep dasar IPS sangat penting untuk dipelajari dan dipahami?
2.      Mengapa karakter ilmu pengetahuan sosial (IPS) penting untuk dipahami?

1.3  Tujuan dan Manfaat 

            Tujuan :
1.      Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar ilmu pengetahuan sosial (IPS)
2.      Untuk mengetahui dan memahami karakteristik ilmu pengetahuan sosial (IPS)

Manfaat :
1.      Dapat memahami konsep dasar IPS
2.      Dapat memahami karakter IPS
3.      Dapat menambah wawasan IPS
 

 BAB II. ISI

2.1  Konsep Pendidikan IPS
     Setiap hari pasti kita pernah mendengar orang menyebut kata konsep. Seringkali penggunaan kata itu sesuai dengan pengertian menurut ilmu, tetapi tidak jarang pula penggunaan kata iru tidak sama dngan apa yang dimaksudkan. Coba bandingkan kedua ungkapan dibawah ini :
1.      Proyek tersebut masih belum selesai. Mereka baru menyusun konsepnya. (konsep dalam percakapan sehari-hari)
2.      Konsep seperti apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini secara baik? ( pengertian konsep dalam ilmu tertentu )
Secara definisi konsep adalah suatu abstraksi mengenai suatu kelompok benda atau stimuli yang mempunyai persamaan dalam karekteristik (hasan, 1985:29). Hasil dari sebuah abstraksi tersebut yang dinamakan sebuah konsep. Dengan demikian nama tersebut yang membedakan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain seperti halnya penggunaan identitas nama pada manusia yang membedakan anatara manusia satu dengan mannusia uang lainnya.
 Selain itu, pengertian dari konsep adalah suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental.  
Berikut akan dijabarakan mengenai konsep pendidikan IPS :
a.       Ilmu – sosial sosial
Dunia ilmu pengetahuan membagi ilmu dengan denikian banyaknya dalam beberapa kategori. Pembagian tersebut didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang memiliki persamaan mengenai apa yang diteliti dikelompokkan menjadi satu kelompok yang sama. Ilmu-ilmu sosial adalah salah satu kelompok dari nbeberapa disilplin yang mempunyai persamaan mengenai apa yang diteliti.
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Sedangkan menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Selanjutnya Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
b.      Studi sosial
Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk Ilmu Sosial. Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar. Selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan atau jenjang berikutnya kepada disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Kerangka kerja Studi Sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan masalah sosial di masyarakat tidak menekankan pada bidang teoritis, melainkan lebih kepada bidang praktis, tidak terlalu bersifat akademis teoritis, melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Hal tersebut mengandung arti bahwa Studi Sosial dalam meninjau suatu gejala sosial atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi (sudut, segi, aspek) kehidupan. Sedangkan Ilmu Sosial pendekatannya bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Jadi dapat dikatakan bahwa Studi Sosial itu lebih memperlihatkan bentuknya sebagai gabungan Ilmu Sosial.
Tugas Studi Sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan kekuatan fisik dan sosial serta mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Jadi materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang diembannya.
c.       Ilmu pengetahuan sosial
lmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri. Dapat dikatakan ips adalah kumpulan dari beberapa disiplin ilmu seperti ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, ilmu politik dan geografi. Dilihat dari sisi ini, maka IPS sebagai bidang studi masih “baru”. Disebut baru karena cara pandang yang dianutnya memang dianggap baru, walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek materi kajian yang sama yaitu manusia.
Jadi dengan demikian jelas bahwa ips adalah perpaduan dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Pengertian terpadu disini menunjukkan bahwa ips adalah suatu bidang studi yang utuh dan tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak displin yang ada. Artinya, bidang studi tersebut di dalam ips tidak lagi mengenal pelajaran sejarah, ekonomi, geografi dan lain-lain. Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik. Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada Ilmu-ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan untuk melakukan pendekatan, analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada pengajaran IPS

2.1  Karakteristik Pendidikan IPS

Setiap manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya dengan ibu yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya setelah usia taman kanak-kanak ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya, dan dengan gurunya. Sesuai dengan bertambahnya umur, maka interaksi tersebut akan bertambah luas, begitu juga ia akan mendapat pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan masyarakat disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana seluk beluk kehidupan. Seiring berjalannya waktu, anak akan memiliki karakter pada dirinya sendiri. Misalnya berkarakter keras, tidak mudah di hasut, penolong, pemikir, dan lain sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Menurut (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,  bangsa  dan  negara.  Individu  yang  berkarakter  baik  adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Selanjutnya akan dibahas karakteristik dari pendidikan ips, diantaranya akan membahas pengertian ilmu pengetahuan sosial dan tujuan ilmu pengetahuan sosial. Dengan memahami hal tersebut, akan dipahami mengenai karakteristik dari ips. 

2.1.1        pengertian ilmu pengetahuan sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program persekolahan Ilmu Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan dibangun di atas beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu politik, Arkeologi, Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi, Agama, Sosiologi, dan juga mencakup materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu alam.
Numan Somantri (2001: 44) menyatakan bahwa Pendidikan IPS untuk tingkat sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara, dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu pengetahuan sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian IPS di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian ilmu-ilmu sosial secara terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dan mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai (values) sehingga dapat menjadi warga negara yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.
2.1.2        tujuan ilmu pengetahuan sosial
Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membentuk warga Negara yang baik. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Hamid Hasan (1996: 114-117) sebagai berikut:
a)      Mengembangkan nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat menjadi bagian dari kepribadian individu siswa. Sikap, nilai dan moral yang dapat dikembangkan diantaranya adalah:
1)      Pengetahuan dan pemahaman tentang nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat seperti sikap kritis, kebenaran, penghargaan terhadap pendapat orang lain, religiusitas, sifat kepedulian sosial, menghormati orang tua, dan sebagainya.
2)      Toleransi
3)      Kerjasama/gotong royong
4)      Hak asasi manusia
b)      Pengembangan konatif, yaitu kualitas yang menunjukan bahwa seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman, kemampuan kognitif tinggi, sikap, nilai, dan moral, tetapi juga memiliki keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan konatif tersebut diantaranya adalah:
1)      Melaksanakan tugas-tugas sosial
2)      Bekerja keras
3)      Bekerja dengan jujur
4)      Kemampuan beradaptasi
c)      Memiliki kesadaran akan nilai sosial budaya, kebangsaan, kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut, seperti kejujuran, kasih sayang, empati dan kepedulian, santun dan saling menghormati, serta rasa kebangsaan.
d)     Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
·         Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekitarnya. Sebagai contohnya tradisi dan nilai-nilai dalam masyarakat, kebudayaan dari berbagai lingkungan serta pengaruhnya terhadap hubungan dengan warga masyarakat lainnya, pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber ekonomi oleh masyarakat.

·         Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimaginasi, minat belajar, kemampuan merumuskan masalah, dan hipotesis pemecahannya, keinginan melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan data.

·         Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadapa perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Guru dapat mengembangkan sikap anak, misalnya menghormati dan mentaati peraturan, mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahhteraan masyarakat, mengenal, dan menggunakan sumber-sumber alam dengan sebaik-baiknya, sikap kritis dan analitis, dan sebagainya.
·         Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat,  mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan. Dengan demikian IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam hidup bersama itu akan menghadapi berbagai masalah, diantaranya adalah masalah sosial. Dalam konteks ini manusia dihadapkan pada masalah dalam skala kecil maupun besar, misalnya masalah keluarga, cekcok dengan tetangga, bencana alam, kemiskinan, kriminalitas, dan sebagainya. Apalagi jika sudah menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan maka akan muncul masalah global. Semuanya itu akan mendorong kepekaan sosial siswa dan selanjutnya ini merupakan tantangan bagi anak sampai pada taraf pemecahannya.
Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M Sadeli, 1986 : 21).
a.       Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. (Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
·           Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
·           Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
·           Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
·           Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
·           Anak sebagai sumber Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
b.      Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yang lebih luas.
Berdasarkan dari beberapa pandangan terkait tujuan pembelajaran IPS diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembelajaran IPS diharapkan peserta didik peka terhadap masalah–masalah sosial yang terjadi di masyarakat dan menjadi warga negara yang baik dengan memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian, Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.




Daftar Pustaka

Daldjoeni. (1997). Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung. Alumni
Gunawan, Edi. (2011). Pendidikan IPS (Filosofi, konsep, dan aplikasi). Bandung. Alfabeta
Hamalik, Oemar. (1992). Studi Ilmu Sosial Pengetahuan Sosial. Bandung. Mandar Maju
Hidayati, dkk. (2008). Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
Hasan, hamid. (1985). Konsep dasar ilmu pengetahuan sosial.jakarta. universitas terbuka. Depdikbud.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar