BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kata
ilmu pengetahuan sosial (IPS) sering terucapkan dalam kehidupan para siswa
sekolah dasar (SD). Banyak anggapan atau asumsi dari siswa sekolah dasar bahwa
ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang uang,
pasar, lingkungan dan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu ekonomi.
Padahal ilmu pengetahuan sosial tidak sama dengan disiplin ilmu lainya
(ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, dan antropologi). Hal apa saja yang
membedakan, akan dibahasa pada pembahasan selanjutnya. Kehidupan sekolah dasar
juga belum tahu bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) terdiri dari beberapa
disiplin ilmu. Dari permasalahan tersebut seorang guru dituntut untuk
mengetahui konsep dasar dari ilmu pengetahuan sosial (IPS). Sehingga nantinya
tidak ada pengertian ambigu antara ilmu pengetahuan sosial (IPS) dengan
disilin-disilin ilmu pengetahuan sosial. Hal tersebut juga menuntut seorang
guru untuk lebih meningktakan wawasannya mengenai IPS.
Selain
itu, seorang guru sekolah dasar (SD) juga perlu mengetahui karakter dari ilmu
pengetahuan sosial (IPS). Pengertian karakter adalah hal-hal yang melekat pada
suatu obyek. Contohnya karakter pada
manusia yaitu keras, tegas, dan tidak kenal basa-basi. Sebagai ilustrasi, jika memiliki
seorang atasan dengan karakter yang telah disebutkan sebelumnya, maka seorang
bawahan akan berhati-hati ketika berhadapan dengan atasan tersebut. Begitu juga
karakter ilmu pengetahuan sosial (IPS), dengan mengetahui karakter tersebut,
maka guru dapat dengan mudah mengajarkan materi yang terdapat dalam pelajaran
ilmu pengetahuan sosial (IPS) kepada peserta didik.
1.2 Rumusan masalah
1.
Mengapa konsep dasar IPS sangat penting untuk dipelajari dan dipahami?
2.
Mengapa karakter ilmu pengetahuan sosial (IPS) penting untuk dipahami?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan :
1.
Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar ilmu pengetahuan sosial (IPS)
2.
Untuk mengetahui dan memahami karakteristik ilmu pengetahuan sosial (IPS)
Manfaat :
1.
Dapat memahami konsep dasar IPS
2.
Dapat memahami karakter IPS
3.
Dapat menambah wawasan IPS
BAB II. ISI
2.1 Konsep Pendidikan IPS
Setiap hari pasti kita pernah mendengar orang
menyebut kata konsep. Seringkali penggunaan kata itu sesuai dengan pengertian
menurut ilmu, tetapi tidak jarang pula penggunaan kata iru tidak sama dngan apa
yang dimaksudkan. Coba bandingkan kedua ungkapan dibawah ini :
1. Proyek tersebut masih belum
selesai. Mereka baru menyusun konsepnya. (konsep dalam percakapan sehari-hari)
2. Konsep seperti apa yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan ini secara baik? ( pengertian
konsep dalam ilmu tertentu )
Secara definisi konsep adalah suatu abstraksi mengenai suatu kelompok
benda atau stimuli yang mempunyai persamaan dalam karekteristik (hasan, 1985:29).
Hasil dari sebuah abstraksi tersebut yang dinamakan sebuah konsep. Dengan
demikian nama tersebut yang membedakan antara konsep yang satu dengan konsep
yang lain seperti halnya penggunaan identitas nama pada manusia yang membedakan
anatara manusia satu dengan mannusia uang lainnya.
Selain itu, pengertian dari konsep
adalah
suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama.
Konsep juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang
mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir.
Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi
intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal
pikiran, suatu ide atau gambaran mental.
Berikut
akan dijabarakan mengenai konsep pendidikan IPS :
a. Ilmu – sosial sosial
Dunia ilmu pengetahuan membagi ilmu dengan denikian banyaknya dalam
beberapa kategori. Pembagian tersebut didasarkan pada persamaan dan perbedaan
ciri-ciri yang dimiliki oleh setiap disiplin ilmu. Disiplin ilmu yang memiliki
persamaan mengenai apa yang diteliti dikelompokkan menjadi satu kelompok yang
sama. Ilmu-ilmu sosial adalah salah satu kelompok dari nbeberapa disilplin yang
mempunyai persamaan mengenai apa yang diteliti.
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2)
adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan
sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan
tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Sedangkan menurut Gross (Kosasih
Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang
mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia
bentuk. Selanjutnya Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara
perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah
ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
b. Studi sosial
Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis,
melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah
sosial. Dalam kerangka kerja pengkajiannya, Studi Sosial menggunakan
bidang-bidang keilmuan yang termasuk Ilmu Sosial. Achmad Sanusi (1971:18)
memberi penjelasan sebagai berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf
akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak
pendidikan dasar. Selanjutnya dapat berfungsi sebagai pengantar bagi lanjutan
atau jenjang berikutnya kepada disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat
interdisipliner dengan menetapkan pilihan masalah-masalah tertentu berdasarkan
suatu rangka referensi dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari
logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya.
Kerangka kerja Studi Sosial dalam mengkaji atau mempelajari gejala dan
masalah sosial di masyarakat tidak menekankan pada bidang teoritis, melainkan
lebih kepada bidang praktis, tidak terlalu bersifat akademis teoritis,
melainkan merupakan pengetahuan praktis yang dapat diajarkan mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pendekatan Studi Sosial bersifat
interdisipliner atau multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang
keilmuan. Hal tersebut mengandung arti bahwa Studi Sosial dalam meninjau suatu
gejala sosial atau masalah sosial dilihat dari berbagai dimensi (sudut, segi,
aspek) kehidupan. Sedangkan Ilmu Sosial pendekatannya bersifat disipliner dari
bidang ilmunya masing-masing. Jadi dapat dikatakan bahwa Studi Sosial itu lebih
memperlihatkan bentuknya sebagai gabungan Ilmu Sosial.
Tugas Studi Sosial sebagai suatu bidang studi mulai dari tingkat sekolah
dasar sampai ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu membina warga
masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya berdasarkan kekuatan kekuatan
fisik dan sosial serta mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang
dihadapinya. Jadi materi dan metode penyajiannya harus sesuai dengan misi yang
diembannya.
c.
Ilmu pengetahuan sosial
lmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program
pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri. Dapat dikatakan ips adalah
kumpulan dari beberapa disiplin ilmu seperti ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, ilmu politik dan geografi. Dilihat dari sisi ini, maka IPS sebagai
bidang studi masih “baru”. Disebut baru karena cara pandang yang dianutnya
memang dianggap baru, walaupun bahan yang dikaji bukanlah hal yang baru. Dengan
kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya. Perpaduan ini dimungkinkan
karena mata pelajaran tersebut memiliki obyek materi kajian yang sama yaitu
manusia.
Jadi dengan demikian jelas bahwa ips adalah perpaduan
dari disiplin-disiplin ilmu sosial. Pengertian terpadu disini menunjukkan bahwa
ips adalah suatu bidang studi yang utuh dan tidak terpisah-pisah dalam
kotak-kotak displin yang ada. Artinya, bidang studi tersebut di dalam ips tidak
lagi mengenal pelajaran sejarah, ekonomi, geografi dan lain-lain. Pada dasarnya
Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu
pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran
Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu
Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,
geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya.
Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4)
bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan
dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, politik. Dengan demikian sebenarnya IPS itu berinduk kepada
Ilmu-ilmu Sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, prinsip yang
diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada
Ilmu-ilmu Sosial. Ilmu Sosial dipergunakan untuk melakukan pendekatan,
analisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan
pada pengajaran IPS
2.1 Karakteristik Pendidikan IPS
Setiap
manusia sejak lahir telah berinteraksi dengan manusia lain, misalnya dengan ibu
yang melahirkannya, ayahnya, dan keluarganya. Selanjutnya setelah usia taman kanak-kanak
ia akan berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya, dan dengan gurunya. Sesuai
dengan bertambahnya umur, maka interaksi tersebut akan bertambah luas, begitu
juga ia akan mendapat pengalaman dan hubungan sosial dari kehidupan masyarakat
disekitarnya. Dari pengalaman tersebut anak akan mengenal bagaimana seluk beluk
kehidupan. Seiring berjalannya waktu, anak akan memiliki karakter pada dirinya
sendiri. Misalnya berkarakter keras, tidak mudah di hasut, penolong, pemikir,
dan lain sebagainya. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Karakter memiliki arti: 1). Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain.
Menurut (Ditjen Mandikdasmen -
Kementerian Pendidikan Nasional), Karakter adalah cara berpikir dan
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Individu yang berkarakter baik adalah
individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap
akibat dari keputusan yang ia buat. W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan
bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah
atribut yang dapat diamati pada individu.
Selanjutnya akan dibahas
karakteristik dari pendidikan ips, diantaranya akan membahas pengertian ilmu
pengetahuan sosial dan tujuan ilmu pengetahuan sosial. Dengan memahami hal
tersebut, akan dipahami mengenai karakteristik dari ips.
2.1.1
pengertian ilmu pengetahuan
sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
dapat diartikan sebagai kajian terpadu dari ilmu-ilmu sosial dan untuk
mengembangkan potensi kewarganegaraan. Di dalam program persekolahan Ilmu
Pengetahuan Sosial dikoordinasikan sebagai bahan sistematis dan dibangun di
atas beberapa disiplin ilmu antara lain Antropologi, ilmu politik, Arkeologi,
Ekonomi, Geografi, Sejarah, Hukum, Filsafat Psikologi, Agama, Sosiologi, dan
juga mencakup materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu-ilmu
alam.
Numan Somantri (2001: 44) menyatakan bahwa Pendidikan IPS
untuk tingkat sekolah itu sebagai suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu
sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara, dan agama yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan. Ilmu
pengetahuan sosial merupakan seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk
membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, lingkungannya berdasarkan
pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi
untuk masa yang akan datang.
Berdasar pada dua perspektif mengenai pengertian IPS di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan kajian
ilmu-ilmu sosial secara terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di
sekolah dan mempunyai tujuan agar peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai (values)
sehingga dapat menjadi warga negara yang baik berdasarkan pengalaman masa lalu
yang dapat dimaknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan
datang.
2.1.2
tujuan ilmu pengetahuan sosial
Tujuan utama dari pembelajaran IPS adalah membentuk warga
Negara yang baik. Hal tersebut seperti yang dijelaskan oleh Hamid Hasan (1996:
114-117) sebagai berikut:
a)
Mengembangkan nilai
dan moral yang berlaku dalam masyarakat menjadi bagian dari kepribadian
individu siswa. Sikap, nilai dan moral yang dapat dikembangkan diantaranya
adalah:
1)
Pengetahuan dan
pemahaman tentang nilai dan moral yang berlaku dalam masyarakat seperti sikap
kritis, kebenaran, penghargaan terhadap pendapat orang lain, religiusitas,
sifat kepedulian sosial, menghormati orang tua, dan sebagainya.
2)
Toleransi
3)
Kerjasama/gotong
royong
4)
Hak asasi manusia
b)
Pengembangan
konatif, yaitu kualitas yang menunjukan bahwa seseorang tidak hanya memiliki
pengetahuan dan pemahaman, kemampuan kognitif tinggi, sikap, nilai, dan moral,
tetapi juga memiliki keinginan untuk melaksanakan dan membuktikannya dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan konatif tersebut diantaranya adalah:
1)
Melaksanakan
tugas-tugas sosial
2)
Bekerja keras
3)
Bekerja dengan
jujur
4)
Kemampuan
beradaptasi
c)
Memiliki kesadaran
akan nilai sosial budaya, kebangsaan, kemanusiaan serta kepribadian yang
didasarkan pada nilai-nilai tersebut, seperti kejujuran, kasih sayang, empati
dan kepedulian, santun dan saling menghormati, serta rasa kebangsaan.
d)
Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global.
Tujuan pendidikan
IPS menurut (Nursid Sumaatmadja.
2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci
Oemar Hamalik merumuskan tujuan
pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2)
sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
·
Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan
pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide
kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas,
memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan
masyarakat sekitarnya. Sebagai contohnya tradisi dan nilai-nilai dalam
masyarakat, kebudayaan dari berbagai lingkungan serta pengaruhnya terhadap
hubungan dengan warga masyarakat lainnya, pengelolaan dan penggunaan sumber-sumber
ekonomi oleh masyarakat.
·
Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang
baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri)
untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan
perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada
pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimaginasi, minat belajar, kemampuan
merumuskan masalah, dan hipotesis pemecahannya, keinginan melanjutkan
eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik kesimpulan
berdasarkan data.
·
Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena
dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai
sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai
sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap
sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri
besar pengaruhnya terhadapa perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Guru dapat
mengembangkan sikap anak, misalnya menghormati dan mentaati peraturan,
mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahhteraan masyarakat, mengenal,
dan menggunakan sumber-sumber alam dengan sebaik-baiknya, sikap kritis dan
analitis, dan sebagainya.
·
Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya
mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data
masyarakat, mempertimbangkan validitas
dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan
merumuskan kesimpulan. Dengan demikian IPS memperkenalkan kepada siswa bahwa
manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan
menyadari bahwa dalam hidup bersama itu akan menghadapi berbagai masalah,
diantaranya adalah masalah sosial. Dalam konteks ini manusia dihadapkan pada
masalah dalam skala kecil maupun besar, misalnya masalah keluarga, cekcok
dengan tetangga, bencana alam, kemiskinan, kriminalitas, dan sebagainya. Apalagi
jika sudah menyangkut masalah pemenuhan kebutuhan maka akan muncul masalah
global. Semuanya itu akan mendorong kepekaan sosial siswa dan selanjutnya ini
merupakan tantangan bagi anak sampai pada taraf pemecahannya.
Bidang studi IPS
merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian
terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang
dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M Sadeli,
1986 : 21).
a. Materi
IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi
antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya).
Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di
masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai
sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada
kenyataan. (Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, 1986:21).
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
·
Segala sesuatu atau
apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah,
desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
·
Kegiatan manusia
misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi,
transportasi.
·
Lingkungan geografi
dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak
dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
·
Kehidupan masa
lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah
lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh tokoh dan
kejadian-kejadian yang besar.
·
Anak sebagai sumber
Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, keluarga.
b. Strategi Penyampaian Pengajaran
IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar
adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak
(diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia.
Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding
Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama
dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan
terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak
dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian
mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yang lebih luas.
Berdasarkan dari beberapa pandangan terkait tujuan
pembelajaran IPS diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan pembelajaran
IPS diharapkan peserta didik peka terhadap masalah–masalah sosial yang terjadi
di masyarakat dan menjadi warga negara yang baik dengan memiliki kemampuan
dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan
masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Kemudian, Memiliki kesadaran
dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman
terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.
Daftar Pustaka
Daldjoeni. (1997). Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung.
Alumni
Gunawan, Edi.
(2011). Pendidikan IPS (Filosofi, konsep,
dan aplikasi). Bandung. Alfabeta
Hamalik, Oemar.
(1992). Studi Ilmu Sosial Pengetahuan
Sosial. Bandung. Mandar Maju
Hidayati,
dkk. (2008). Pengembangan Pendidikan IPS
SD. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional
Hasan,
hamid. (1985). Konsep dasar ilmu pengetahuan sosial.jakarta. universitas
terbuka. Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar